Kerajaan Tayan adalah sebuah kerajaan
yang berdiri awal abad 15 atau sekitar tahun 1450. Pendiri kerajaan
Tayan adalah putra Brawijaya dari kerajaan Majapahit yang bernama Gusti
Likar/Lekar. Bersama dengan saudara-saudaranya, Gusti Likar meninggalkan
kerajaan Tanjungpura yang sering terlibat peperangan.
Pemerintahan kerajaan Tayan kemudian dipegang oleh Gusti Ramal
bergelar Pangeran Marta Jaya Yuda Kesuma, putra Pangeran Mancar pendiri
kerajaan Meliau yang adalah kemenakan Gusti Likar. Mula-mula ibukota
kerajaan berlokasi di Teluk Kemilun.
Setelah Pangeran Marta Jaya Yuda Kesuma wafat, putranya yang tertua,
Suma Yuda, naik tahta dengan gelar Panembahan Tua. Panembahan berikutnya
adalah putra Panembahan Tua, bernama Gusti Mekah dengan gelar
Panembahan Nata Kesuma yang disebut juga Panembahan Muda. Pada waktu
pemerintahan Nata Kesuma itulah kerajaan Tayan mula-mula menandatangani
kontrak (korte verklaring) dengan pemerintahan Hindia Belanda pada 12
November 1822.
Pangeran Nata Kesuma mangkat pada 1825 dengan tidak meninggalkan
keturunan. Tahta kerajaan kemudian diduduki oleh saudaranya yang bernama
Gusti Repa dengan gelar Pangeran Ratu Kesuma. Beliau hanya memerintah
selama 3 tahun hingga 1828 karena wafat. Penggantinya adalah saudara
Panembahan Tua, Utin Belondo dengan gelar Ratu Utin Belondo yang juga
digelar Ratu Tua. Pemerintahan dilaksanakan oleh suaminya, Gusti Hassan
Pangeran Ratu Kesuma dengan gelar Panembahan Mangku Negara Surya Kesuma.
Tahun 1855 Panembahan Mangku Negara Surya Kesuma digantikan oleh
putranya yang bernama Gusti Inding dengan gelar sama dengan ayahnya.
Tahun 1858, Belanda mengganti gelar Mangku dengan Anum Paku, sehingga
Gusti Inding kemudian bergelar Panembahan Anum Paku Negara Surya Kesuma.
Karena Panembahan Anum Paku Negara Surya Kesuma tidak mampu memimpin
pemerintahan dan tidak berputra, pemerintahan kemudian diserahkan kepada
saudaranya, Gusti Kerma Pangeran Ratu Paku Negara dengan gelar
Panembahan Adiningrat Kesuma Negara. Panembahan Anum Paku Negara Surya
Kesuma mangkat pada 23 November 1873 di Batang Tarang.
Panembahan Adiningrat Kesuma Negara memerintah sampai tahun 1880 dan
digantikan oleh putra tertuanya, Gusti Mohamad Ali alias Gusti Inding
dengan gelar Panembahan Paku Negara Surya Kesuma. Ibukota kerajaan
kemudian dipindahkan dari Rayang ke Tayan. Pada 26 Februari 1890,
kerajaan Meliau digabungkan ke dalam kerajaan Tayan.
Paku Negara Surya Kesuma, mangkat pada tahun 1905 dan dimakamkan di
Tayan. Beliau diganti oleh Gusti Tamzid Pangeran Ratu bergelar
Panembahan Anum Paku Negara. Pada masa pemerintahan Panembahan Anum Paku
Negara, Meliau kembali diserahkan kembali atas permintaan Belanda
sendiri menjadi Gouvernement Gebied.
Mangkatnya Panembahan Anum Paku Negara, putra mahkota yang tertua,
Gusti Jafar dinobatkan naik tahta kerajaan dengan gelar Panembahan Anum
Adi Negara. Pada tahun 1944, Gusti Jafar dan Gusti Makhmud sebagai ahli
waris kerajaan jatuh menjadi korban Jepang.
Setelah Jepang kalah pada Perang Dunia II, Gusti Ismail dinobatkan
menjadi Panembahan kerajaan Tayan dengan gelar Panembahan Paku Negara.
Tahun 1960, beliau masih memerintah dan pemerintahan swaparja berakhir.
Gusti Ismail kemudian menjabat Wedana di Tayan. Ibukota kewedanaan
kemudian dipindahkan ke Sanggau, sedangkan bekas kerajaan Tayan menjadi
ibu kota kecamatan Tayan Hilir.
Semenjak itu aktivitas kerajaan Tayan nyaris lumpuh, sampai pada pertengahan tahun 2012 tepatnya tanggal 26 Mei 2012 diangkatlah salah seorang kerabat kerajaan Tayan yang berprofesi sebagai wartawan dan general manager salah satu media cetak yang ada di kalimantan Barat yang bernama GUSTI YUSRA sebagai Raja Tayan. Ia dinobatkan sebagai Raja Tayan ke XIV menggantikan sang ayah Gusti Ismail yang tidak mewariskan takhtanya sejak mangkatnya pada 23 November 1967 silam, sehingga kerajaan Tayan vacum sekitar 45 tahun tanpa seorang Raja.
Diangkatnya beliau sebagai Raja dalam upaya melestarikan aset warisan sejarah dan budaya Nusantara. (Oleh: Sukarna Putra)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar